Keberadaan BBM Subsidi dan Rakyat Kecil
Jakarta yang katanya kota metropolitan dengan tingkat kependudukan yang padat sebenarnya tidak lepas dari berbagai permasalahan yang membelitnya. Jakarta yang dibangun sedemikian rupa sehingga mengesankan bahwa kota ini merupakan kota yang maju sering kali menipu mata orang-orang awam. Banyak orang tidak menyadari atau memahami keadaan kota Jakarta yang sebenarnya.
Secara sekilas memang ketika kita memasuki kota Jakarta, kita akan dipertontonkan sebuah sajian barisan gedung-gedung pencakar langit. Mata kita akan dimanjakan dengan berbagai macam bangunan-bangunan modern. Tetapi tunggu dulu…!! Di balik kemegahan dan keindahannya, Jakarta masih menyimpan banyak rahasia, kalau tidak dikatakan aib, mengenai penggusuran dan penindasan terhadap rakyat kecil.
Pembatasan kuota bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi yang
dilakukan Pertamina berdampak pada banyak hal. Terlihat antrean yang mengular
di berbagai SPBU. Antrean kendaraan mencapai 20 Kilometer dan menyebabkan arus
lalu lintas lumpuh. Macet kian parah karena badan jalan dipenuhi kendaraan roda
empat dan enam. Kendaraan ini bertumpuk hingga 4 lapis dan berada di jalur
berlawanan, itulah yang terjadi di tiga SPBU Kota Duri, Kabupaten Bengkalis dan
SPBU lainnya di berbagai daerah.
Kabar pembatasan BBM bersubsidi memang menjadi momok bagi
masyarakat. Hal itu karena masyarakat sangat membutuhkan BBM bersubsidi,
sebagai masyarakat kecil. beberapa SPBU tidak menyediakan premium dan solar
bersubsidi. SPBU hanya menyediakan bio solar non subsidi dan pertamax plus. Bahkan,
beberapa SPBU menutup operasinya karena tidak mendapat pasokan BBM bersubsidi.
Belum lagi dalam kondisi ini ada pihak-pihak yang tidak
bertanggung jawab terjadinya penyelewengan pembatasan BBM bersubsidi, seperti
penimbunan oleh spekulan. Hal ini menambah kesedihan dan kesusahan masyarakat
di tengah kondisi ekonomi yang semakin terasa karena tidak berpihak pada
masyarakat kecil.
Pembatasan BBM bersubsidi bukan kali ini saja terjadi,
pemandangan antrean di berbagai SPBU menjadi pemandangan yang meresahkan yang
terjadi ketika pemberitahuan kenaikan dan pembatasan BBM menyeruak. Masyarakat
semakin resah dan gelisah dengan keadaan ini. Keadaan yang tidak berpihak pada
masyarakt kecil. Ironis masyarakat harus mengalami hal ini di tengah kondisi
negeri ini yang kaya akan kekayaan alam yang melimpah. Bahkan dalam sebuah lagu
koes Plus yang berjudul “Kolam Susu” dengan liriknya :
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Pertanyaannya, ke manakah semua kekayaan negeri ini ?
bagaimanakah untuk mengakhiri kondisi yang terus membelit hidup ini?
Jawabannya, yang perlu dilakukan oleh pemerintah bukanlah meniadakan pemberian
subsidi, melainkan melakukan koreksi sistematis terhadap sistem perekonomian
negeri ini yang timpang.
Jika masyarakat menolak kenaikan harga BBM, sebab alasan
pemerintah bahwa pemberian subsidi BBM cenderung tidak tepat sasaran, sama
sekali tidak memiliki landasan argumentasi yang kuat dan cenderung bersifat
manipulatif.
Jika dilihat dari segi APBN, membengkaknya defisit dan
sangat beratnya beban anggaran negara, pada dasarnya tidak dapat begitu saja
dikaitkan dengan membengkaknya subsidi BBM.
Pembengkakan defisit dan sangat beratnya beban APBN terutama
dipicu oleh sangat besarnya pengeluaran negara untuk membayar angsuran pokok
dan bunga utang dalam dan luar negeri setiap tahunnya.
Jadi, jelaslah bahwa penyebab beratnya APBN karena utang,
subsidi BBM sama sekali tidak dapat dijadikan sebagai kambing hitam
membengkaknya defisit APBN. Beban berat anggaran negara terutama disebabkan
oleh sangat besarnya subsidi terselubung yang diberikan pemerintah terhadap
sektor tertentu dan sangat besarnya beban angsuran pokok dan bunga utang setiap
tahunnya.
Kenaikan harga BBM sudah dapat dipastikan akan memicu
terjadinya kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok lainnya dan biaya hidup rakyat. Hal itu, suka atau
tidak di tengah-tengah jumlah penduduk miskin, dan pengangguran yang semakin
banyak, pasti akan semakin memperberat beban hidup rakyat.
Jelaslah akar masalah kenaikan dan pembatasan BBM ini karena
diterapkannya sistem ekonomi kapitalis yang menjadikan migas dikuasai oleh
swasta dan asing, melalui mekanisme kebebasan kepemilikan. Sistem ini juga
membenarkan adanya bursa yang menjadi sarang spekulan.
Mempertahankan sistem kapitalis sama saja dengan
melanggengkan permasalahan serta memperpanjang penderitaan dan kesusahan
rakyat. Karena itu, sistem kapitalis harus dibuang dan diganti dengan sistem
Islam. Sistem Islam menetapkan migas termasuk kepemilikan umum yang dimiliki
oleh seluruh rakyat secara bersama, dan haram dikuasai oleh swasta atau
individu. Negara pun tidak berhak memilikinya.
Untuk mengakhiri masalah-masalah di atas tidak ada jalan
lain bagi kita, kecuali kembali kepada syari’ah Islam yang berasal dari Allah
Subhanahu Wa Ta’aala yang Maha Sempurna, yang sudah pasti dapat mensejahterakan
kehidupan umat manusia.
sumber :
1. http://hmibecak.blogspot.com/2007/08/penggusuran-dan-penderitaan-rakyat.html
2. https://www.islampos.com/bbm-dan-penderitaan-rakyat-132057/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar